”...Untuk mengatakan cinta, itu terlalu lama
Untuk melupakannya, itu terlalu cepat
Kau yang membangunkanku dalam tangis
Bodohnya, dimana dirimu ?
Tak bisakah kau tetap di sampingku ?
Aku tetap berdiri di tempat ku meninggalkanmu...”
Melody hanya menangis melihatku menyanyikan lagu ini. Dengan tangan kanannya mencoba menutup mulutnya dan tangan kirinya tetap memegang dadanya, air matanya terus mengalir membasahi kedua pipinya. Aku menciptakan lagu ini untuknya. Ya.. hanya untuknya. Mungkin ia terharu mendengar lagu ciptaanku ini, atau mungkin ia merasa kasihan dengan keadaanku seperti ini. Mukaku pucat seperti mayat, aku memakai topi di kepalaku karena aku tak ingin wanita yang sangat kucintai ini melihat rambutku yang telah hilang digerogoti penyakit, serta tubuhku yang kurus kering seperti tengkorak berjalan. Betapa menyedihkan sekali keadaanku saat ini.
Aku membuat kejutan untuk Melody. Karena sudah beberapa minggu kami tidak bertemu. Aku yang selalu beralasan agar tidak bertemu dengannya. Karena aku takut dia akan meninggalkanku karena tahu bahwa aku memiliki penyakit yang mematikan, selain itu aku tidak ingin membuatnya khawatir akan penyakitku ini, serta aku harus menggubah lagu ini setiap hari agar lagu ini menjadi sempurna. Melody terlalu sempurna untukku, dia baik hati, cerdas, dan selalu ceria. Itulah yang membuatnya semakin sempurna di mataku. Aku sangat mencintainya dengan seluruh hatiku.
”Kakak.. bagaimana bisa kau seperti ini ?? aku sangat mengkhawatirkanmu.. bagaimana bisa kau menipuku seperti ini ??” raut wajah Melody serta kata-katanya barusan semakin membuatku tak ingin menatapnya. Takut akan membuatnya semakin kecewa.
”Maafkan aku.. aku sungguh minta maaf telah menipumu.. aku takut akan kehilangan wanita yang paling kucintai dalam hidupku.. ” kataku, sambil menghindari tatapan matanya.
”Kakak.. bagaimanapun keadaanmu, aku tetap mencintaimu.. kita akan menghadapi semua tantangan dengan bersama.. kau harus yakin, aku tahu kau pasti bisa, jangan putus asa..”.
”Terimakasih Melody, kau telah memberikanku semangat untuk menghadapi segalanya, termasuk penyakit ini..”.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, mendadak kepalaku terasa sangat pusing sekali, rasa sakitnya melebihi rasa sakit yang pernah kurasakan. Aku merasakan darah mulai keluar dari hidungku. Tubuhku terasa sangat lemah. Aku pun terjatuh. Aku tak dapat merasakan apapun lagi. Saat itu kurasakan ketenangan dalam diri ini. Seperti telah melepas sebuah beban yang paling berat. Aku meninggalkan Melody. Juga meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
3 bulan yang lalu..
”Penyakitmu kemungkinan tidak dapat disembuhkan”, Dokter menjelaskan padaku.
”Mengapa demikian, Dokter ??”.
”...” ia hanya terdiam mendengar pertanyaanku ini.
”Katakan padaku, Dokter !!”.
”Karena penyakit kankermu ini telah memasuki stadium 4. maafkan saya.”
Aku pun mencoba tenang lalu berkata, ”Baiklah.. aku mengerti.. hanya katakan saja, sampai kapan aku bisa hidup ??”.
”2 atau 3 bulan lagi, itupun jika kau beruntung.”, jawabnya.
Kata – kata Dokter di rumah sakit 1 bulan yang lalu masih menghantui pikiranku. Aku berjalan menyusuri keramaian di tengah kota. Tetapi tiba – tiba kepalaku terasa sangat sakit. Mataku menjadi kabur. Tubuhku goyah seketika. Tetapi aku mencoba melawannya, dan usahaku berhasil. Semuanya kembali normal. Aku tidak ingin penyakitku ini kambuh di saat aku akan menemui Melody. Aku tidak ingin dia mengetahui semua ini sekarang.
Kami bertemu di taman kota. Sesampainya di sana, aku melihat Melody yang mungkin telah menungguku dari tadi.
”Hey kak Yuan.. mengapa hanya berdiri di situ dari tadi ! cepat kemari !!”, sapanya saat melihatku dengan tatapan kosong menatapnya. Akupun langsung menghampirinya.
”Tebak ini.. aku selalu di butuhkan orang banyak, terkadang mereka menginginkan ku kembali di saat mereka menginginkan kenangan indahnya kembali, atau kesalahan yang pernah mereka lakukan, mereka berjanji jika aku kembali akan menebus kesalahan itu. Siapakah aku ??”, ia memberikanku pertanyaan saat kami sedang mengelilingi taman kota.
”Aku tidak tahu”, jawabku asal.
”Bodoh !! itu waktu !!”, jawabnya kesal.
Malam harinya, aku menulis sebuah lagu untuk Melody. Aku ingin mengucapkan terimakasih dengan cara ini. Aku berharap sekali dia menyukainya. Sekaligus ingin meminta maaf kepadanya.
Menciptakan lagu ini benar – benar sangat melelahkan, bahkan karena sibuknya menciptakan lagu ini, aku tidak dapat bertemu dengan Melody. Aku mengarang beribu alasan demi selesainya lagu ini. Tetapi Melody selalu mencoba mengerti dengan alasanku itu. Setiap malam aku memainkan lagu ini. Aku mencoba mengubah nada demi nada agar tersusun melodi lagu yang benar – benar indah. Ini semua demi Melody. Ya.. hanya demi Melody.
Tak kusangka ternyata untuk membuat lagu ini menjadi begitu sempurna membutuhkan waktu 2 bulan lamanya. Di sabtu pagi yang cerah, aku menyelesaikan lagu ini, kemudian aku menelepon Melody agar segera datang ke taman kota sore pukul 15.00 nanti. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Sabtu sore, aku menunggu Melody di taman kota. Dan akhirnya ia pun datang. Dari kejauhan dia melihatku, kaget seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Kemudian dia semakin mendekat padaku. Tanpa berkata apapun, aku langsung bernyanyi. Menyanyikan lagu yang telah kuciptakan untuknya. Lagu ini berjudul My Melody, My Lovely. Lagu yang berasal dari inspirasiku mengenai seorang wanita yang sangat sempurna, bernama Melody yang selalu ceria dan baik hati, datang ke kehidupan seorang pria yang sedang terjatuh dalam kesedihan yang mendalam. Dan menjadi seorang penyelamat dalam hidupnya, tetapi pria itu akhirnya meninggalkan dirinya.
Setelah selesai menyanyikannya, hatiku menjadi sangat bahagia. Terima kasih Melody, dan selamat tinggal untuk selamanya.